Minggu, 21 Mei 2017

MAJLIS DZIKIR WA KHOTMIL QUR'AN NURUL AMIN






KH.GHOZALI FATKHULLOH SAAT MEMIMPIN ISTIGHOSAH

Bismillahirrohmaanirrohiim...

Salah satu kegiatan rutin bulanan yang ada dii Pondok Pesantren Nurul Amin adalah"ISTIGHOSAH" kegiatan rutin bulanan ini dinamai dengan "Majelis Dzikir  wa Khotmil Qur'an Nurul Amin" jika dilihat dari nama majelisnya ada sedikit yang beda,lalu dimana letak perbedaanya,kita bisa melihat kata "WA KHOTMIL QUR'AN" kalau diartikan kurang lebih "penghataman Alqur'an" .Jadi dengan demikian majelis ini bukan hanya melaksanakan istighosah tapi juga penghataman Alqur'an,tentunya ini menjadi nilai lebih dalam majelis ini.

Majelis yang kurang lebih sudah berjalan enam tahun ini biasa dilaksanakan sekali dalam sebulan kecuali selama bulan ramadhan (istirahat) tepatnya setiap Sabtu malam Minggu kliwon.Kegiatan ini diawali dengan pembacaan Alquran 30 Juz sehari suntuk atau dari Sabtu pagi sampai sore hari oleh para santri.Kemudian dilanjut pada malam hari setelah ba''da isya,sedangkan untuk pembacaan istighosah  dipimpin secara langsung oleh pengasuh PPTQ Nurul Amin KH Ghozali Fatkhulloh.Kegiatan ini semakin menjadi lebih mantap karena sebelum  pembacaan istighosah diadakan pembacaan Diba'i dengan iringan group Diba'i dan Hadroh PPTQ Nurul Amin oleh para santri.


ISTIGHOSAH
Istighosah,kata yang mugkin sudah tidak asing lagi di telinga masyarakat ,karena gaungan pembacaan istighosah sudah terdengar di mana mana di seantero nusantara ini khusunya di kalangan kaum nahdiyyin.Lalu sebenarnya siapa penyusun istighosah pertama kali ? beliaulah Alkarim KH.Muhammad Romli Tamim ,lalu sipa beliau ini ,mari sejenak kita flash back,dikutip dari santri.net inilah beliau KH Muhammad Romly Tamim


KH.MUHAMMAD ROMLY TAMIM


Kata “Istighotsah” (ﺇﺳﺘﻐﺎﺛﺔ) adalah bentuk masdar dari Fi’il Madli Istaghotsa (ﺇﺳﺘﻐﺎﺙ) yang berarti mohon pertolongan. Secara terminologis, istigotsah berarti beberapa bacaan wirid ( awrad) tertentu yang dilakukan untuk mohon pertolongan kepada Allah SWT atas beberapa masalah hidup yang dihadapi.
Istighotsah ini mulai banyak dikenal oleh masyarakat khususnya kaum Nahdliyyin baru pada tahun 1990 an. Di Jawa Timur, ulama yang ikut mempopulerkan istighotsah adalah Almarhum KH Imron Hamzah (Rais Syuriyah PWNU Jatim waktu itu). Namun di kalangan murid Thariqah, khususnya Thariqah Qodiriyah wa Naqsyabandiyah, Isighotsah ini sudah lama dikenal dan diamalkan.
Bacaan istighotsah yang banyak diamalkan oleh warga Nahdliyyin ini, bahkan sekarang meluas ke seluruh penjuru negeri sebenarnya disusun oleh KH Muhammad Romly Tamim, seorang Mursyid Thariqah Qadiriyah wan Naqsyabandiyah, dari Pondok Pesantren Rejoso, Peterongan, Jombang. Hal ini dibuktikan dengan kitab karangan beliau yang bernama
Al-Istighatsah bi Hadrati Rabb al-Bariyyah ” (tahun 1951) kemudian pada tahun 1961 diterjemah ke dalam bahasa Jawa oleh putranya KH Musta’in Romli.
KH Muhammad Romly Tamim adalah salah satu putra dari empat putra Kiai Tamim Irsyad (seorang Kiai asal Bangkalan Madura). Keempat putra Kiai Tamim itu ialah Muhammad Fadlil, Siti Fatimah, Muhammad Romly Tamim, dan Umar Tamim.
KH Muhammad Romly Tamim lahir pada tahun 1888 H. di Bangkalan Madura. Sejak masih kecil, beliau diboyong oleh orang tuanya KH. Tamim Irsyad ke Jombang. Di masa kecilnya, selain belajar ilmu dasar-dasar agama dan Al-Qur’an kepada ayahnya sendiri juga belajar kepada kakak iparnya yaitu KH Kholil (pembawa Thariqah Qodiriyah wa Naqsyabandiyah di Rejoso).
Setelah masuk usia dewasa, beliau dikirim orang tuanya belajar ke KH. Kholil di Bangkalan, sebagaimana orang tuanya dahulu dan juga kakak iparnya belajar ke beliau. Kemudian setelah dirasa cukup belajar ke Kiai Kholil Bangkalan, beliau mendapat tugas untuk membantu KH Hasyim Asy’ari mengajarkan ilmu agama di Pesantren Tebuireng, sehingga akhirnya beliau diambil sebagai menantu oleh Kiai Hasyim yaitu dinikahkan dengan putrinya yang bernama Izzah binti Hasyim pada tahun 1923 M. Namun pernikahan ini tidak berlangsung lama karena terjadi perceraian.
Setelah perceraian tersebut, Mbah Yai Romly, begitu biasa dipanggil, pulang ke rumah orang tuanya, Kiai Tamim di Rejoso Peterongan. Tak lama kemudian beliau menikahi seorang gadis dari desa Besuk, kecamatan Mojosongo. Gadis yang dinikahi tersebut bernama Maisaroh. Dari pernikahannya dengan Nyai Maisaroh ini, lahir dua orang putra yaitu Ishomuddin Romly (wafat tertembak oleh tentara Belanda, saat masih muda), dan Musta’in Romly.
Putra kedua Kiai Romly yang tersebut terakhir ini kemudian menjadi seorang Kiai besar yang berwawasan luas. Hal ini terbukti saat beliau menjadi pengasuh di Pondok Pesantren Darul’Ulum Rejoso, beliau mendirikan sekolah-sekolah umum di dalam pesantren disamping madrasah-madrasah diniyah yang sudah ada. Sekolah-sekolah umum itu di antaranya SMP, SMA, PGA, SPG, SMEA, bahkan juga memasukkan sekolah negeri di dalam pesantren yaitu MTs Negeri dan MA Negeri. Sekolah-sekolah tersebut masih berjalan hingga sekarang.
Di samping menjadi Ketua Umum Jam’iyyah Ahli Thariqoh Mu’tabaroh dan Mursyid Thariqoh Qodiriyah wa Naqsyabandiyah pada saat itu, Dr. KH. Musta’in Romly yang kemudian menjadi menantu KH. Abdul Wahab Chasbullah Tambakberas ini juga merupakan satu-satunya Kiai pertama di Indonesia yang mendirikan sebuah Universitas Islam yang cukup ternama pada saat itu (tahun 1965), yaitu Universitas Darul’Ulum Jombang.
Kemudian setelah Nyai Maisaroh wafat, Mbah Yai Romly menikah lagi dengan seorang gadis putri KH. Luqman dari Swaru Mojowarno. Gadis itu bernama Khodijah. Dari pernikahannya dengan istri ketiga ini lahir putra-putra beliau yaitu: KH Ahmad Rifa’iy Romli (wafat tahun 1994), beliau adalah menantu Kiai Mahrus Ali Lirboyo, KH A. Shonhaji Romli (wafat tahun 1992), beliau adalah menantu Kiai Ahmad Zaini Sampang, KH. Muhammad Damanhuri Romly (wafat tahun 2001), beliau adalah menantu Kiai Zainul Hasan Genggong, KH. Ahmad Dimyati Romly (menantu Kiai Marzuki Langitan), dan KH. A. Tamim Romly, M.Si. (menantu Kiai Shohib Bisri Denanyar).
KH. Muhammad Romly Tamim, adalah seorang Kiai yang sangat alim, sabar, sakhiy, wara’, faqih, seorang sufi murni, seorang Mursyid Thariqah Qodiriyah wa Naqsyabandiyah, dan pengasuh Pondok Pesantren Darul’Ulum Rejoso, Peterongan, Jombang.
Di antara murid-murid beliau yang terkenal dan menjadi Kiai besar ialah KH. Muhammad Abbas (Buntet Cirebon), KH. Muhammad Utsman Ishaq (Sawahpuluh Surabaya), KH. Shonhaji (Kebumen), KH. Imron Hamzah (Sidoarjo).
KH. Muhammad Romly Tamim, disamping seorang mursyid, beliau juga kreatif dalam menulis kitab. Di antara kitab-kitab karangannya ialah: al-Istighotsah bi Hadrati Rabbil-Bariyyah , Tsamratul Fikriyah ,
Risalatul Waqi’ah , Risalatush Shalawat an-Nariyah . Beliau wafat di Rejoso Peterongan Jombang pada tanggal 16 Ramadlan 1377 H atau tanggal 6 April 1958 M.

(Ishomuddin Ma’shum , dosen Universitas Darul Ulum Jombang)

Kembali ke pembahasan "Majelis Dzikir wa Khotmil Qur'an Nurul Amin.Kegiatan yang biasa dihadiri oleh para santri dan masyarakat umum ini secara umum dirangkai dengan pembacaan diba'i,dilanjut khotmil qur'an dan kemudian ditutup dengan pembacaan istighosah.Semoga majelis ini akan tetap ada ilaayaumilqiyaamah.
Allohumma aamiin.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

AIR MATA HARU DAN BAHAGIA

Bismillahirrohmaanirrohiim ... Bahagia sekaligus terharu ,mungkin itulah yang dirasakan oleh Tris Maulana (Sokatengah,Bumjawa),R...